Harus Optimis

Di suatu sore, di sebuah warung di pinggir jalan depan Mal Kalibata, sambil menunggu sate ayam pesananku masak, tanpa sengaja aku mendengarkan percakapan menarik dua orang pemuda (A dan B) seumuranku, yang juga sama-sama menunggu sate ayam pesanannya masak.

"Katanya kamu kena PHK ?" tanya pemuda A
"Ya, benar. Oleh karena itu aku ajak kau makan disini. Ini makanan kesukaan kita. Ya, mungkin setelah ini kita akan sulit sekali bisa makan di sini." jawab pemuda B.
"Kasihan kamu. Kamu kan habis menikah dan istrimu ga kerja" terus pemuda A.
"Jangan kasihani aku seperti itu. Alhamdulillah aku dapat pesangon dua bulan gaji. Aku akan bawa istriku pulang ke kampung. Aku akan buka usaha kecil-kecilan di sana. Mungkin berat bagi istriku, tapi aku akan mengajarinya menikmati hidup. Insya Allah ia pasti bisa." kata pemuda B dengan yakin.
"Kamu optimis sekali" kata pemuda A.
"Itu harus. Karena cuma itu modalku saat ini" tegas pemuda B.

Optimis...sebuah kata yang penuh energi. Kata-kata pemuda B itu terus saja terngiang di benakku.

Dia benar itulah modal yang cukup penting untuk survive. Dalam kondisi apapun selalu berfikir positif. Tidak menjadikan kekurangan sebagai alasan untuk berhenti, namun mendayagunakan apa yang tersisa untuk berjalan. Life must go on.

Benar..seperti kata para motivator dalam seminarnya tentang gelas yang airnya setengah. Tergantung bagaimana kita menyikapinya, apakah itu setengah isi atau setengah kosong menurut kita. Dari situlah hidup kita akan survive atau game-over.

Silahkan Lihat Komentar.
Serta Mohon Komentar disampaikan secara baik dan sopan. Terimakasih