Menghafal Al-Qur'an & Tidak Melupakannya

Dalam kajian tahsin beberapa waktu yang lalu, pak Ustadz memberikan tips untuk membuat kemampuan membaca al-Qur'an kita menjadi lebih baik. Salah satunya adalah dengan membaca al-Quran satu atau beberapa ayat saja per hari. Hal ini dimaksudkan agar pada waktu membaca ayat tersebut, kita melakukan analisa tentang sifat-sifat hurufnya, memperbaiki makharajul hurufnya, penyambungan antar kata yang lancar, dan tentu saja tajwid yang benar. Beliau mengatakan, cara ini adalah seperti yang ditempuh oleh orang yang akan belajar menghafal al-Qur'an.

Beberapa minggu aku mencoba mempraktekkannya dengan tujuan untuk memperbaiki bacaan al-Qur'an ku sekalian juga mencoba menghafal beberapa ayat al-Qur'an. Alhamdulillah cara itu cukup membantu untuk mencapai kedua tujuan tersebut.

Tapi untuk menghafal al-Qur'an, apalagi di usia seperti ini, ternyata ujiannya cukup banyak. Selain memory di kepala yang selalu dimasuki rutinitas pekerjaan sehari-hari, juga banyak hal-hal lain yang membuat bacaan yang sudah dihafalkan, terlupa bahkan hilang dari memory.

Seorang teman diskusi menyarankan, untuk rutin memelihara bacaan. Jika ada waktu luang, daripada digunakan untuk sesuatu yang gak bermanfaat, lebih digunakan untuk mengulang-ulang hafalan tersebut serta mencocokkan hafalan kita melalui Ustadz atau bisa juga mp3 murottal. Ditambah lagi bersabar dan istiqomah.

Seorang teman lagi memberikan tips juga, agar mengurangi mendengarkan lagu-lagu atau musik. Mengapa demikian? menurutnya dikarenakan musik & lagu yang kita dengar baik di radio, televisi, dll sebagian besar berbicara tentang percintaan, asmara, dll yang dapat membangkitkan nafsu. Jadi bagaimana mungkin kita dapat menghafal al-Qur'an atau memelihara hafalannya dengan baik apabila memory di otak kita selalu terisi dengan rekaman yang membangkitkan nafsu tsb.

Well...., apa yang disampaikan teman-teman tadi merupakan masukan yang berguna sekali. Dan setelah mencoba mempraktekannya sedikit demi sedikit, apa yang mereka sampaikan adalah benar adanya.

Dan ternyata memang menghafal al-Qur'an itu berat dan lebih berat lagi untuk memeliharanya, apalagi di tengah-tengah banyaknya ujian yang datang untuk membuat hati dan pikiran kita tidak lagi bersih.

Dan benarlah apa yang disabdakan Rasulullah SAW dalam haditsnya :

Abu Musa ra. berkata bahwa Nabi SAW bersabda "Jagalah al-Qur'an ini karena demi jiwa Muhammad yang ada di tangan-Nya, ia lebih cepat lepas dari lepasnya unta dari talinya." (muttafaq'alaih).

Ibnu Umar ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda "Sesungguhnya perumpamaan penghafal al-Qur'an adalah seperti pemilih unta yang terikat. Jika ia menjaganya, maka unta itu tetap terikat, namun jika ia melepaskannya, maka unta itu akan hilang." (muttafaq'alaih).



Fatwa-Fatwa Haramnya Rokok

Sumber : http://www.halalguide.info/

Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

ImageMerokok haram hukumnya berdasarkan makna yang terindikasi dari zhahir ayat Alquran dan As-Sunah serta i'tibar (logika) yang benar. Allah berfirman (yang artinya), "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan." (Al-Baqarah: 195).

Maknanya, janganlah kamu melakukan sebab yang menjadi kebinasaanmu. Wajhud dilalah (aspek pendalilan) dari ayat di atas adalah merokok termasuk perbuatan yang mencampakkan diri sendiri ke dalam kebinasaan.

Sedangkan dalil dari As-Sunah adalah hadis shahih dari Rasulullah saw. bahwa beliau melarang menyia-nyiakan harta. Makna menyia-nyiakan harta adalah mengalokasikannya kepada hal-hal yang tidak bermanfaat. Sebagaimana dimaklumi bahwa mengalokasikan harta dengan membeli rokok adalah termasuk pengalokasian harta pada hal yang tidak bermanfaat, bahkan pengalokasian harta kepada hal-hal yang mengandung kemudharatan.

Dalil yang lain, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain." (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340).

Jadi, menimbulkan bahaya (dharar) adalah ditiadakan (tidak berlaku) dalam syari'at, baik bahayanya terhadap badan, akal, ataupun harta. Sebagaimana dimaklumi pula bahwa merokok adalah berbahaya terhadap badan dan harta.

Adapun dalil dari i'tibar (logika) yang benar yang menunjukkan keharaman rokok adalah karena dengan perbuatan itu perokok mencampakkan dirinya ke dalam hal yang menimbukan bahaya, rasa cemas, dan keletihan jiwa. Orang yang berakal tentu tidak rela hal itu terjadi pada dirinya sendiri. Alangkah tragisnya kondisinya, dan demikian sesaknya dada si perokok bila tidak menghisapnya. Alangkah berat ia melakukan puasa dan ibadah-ibadah lainnya karena hal itu menghalagi dirinya dari merokok. Bahkan, alangkah berat dirinya berinteraksi dengan orang-orang saleh karena tidak mungkin mereka membiarkan asap rokok mengepul di hadapan mereka. Karena itu, Anda akan melihat perokok demikian tidak karuan bila duduk dan berinteraksi dengan orang-orang saleh.

Semua i'tibar itu menunjukkan bahwa merokok hukumnya diharamkan. Karena itu, nasehat saya untuk saudara-saudara kaum muslimin yang masih didera oleh kebiasaan menghisap rokok agar memohon pertolongan kepada Allah dan mengikat tekad untuk meninggalkannya. Sebab, di dalam tekad yang tulus disertai dengan memohon pertolongan kepada Allah, mengharap pahala dari-Nya dan menghindari siksaan-Nya, semua itu adalah amat membantu di dalam upaya meninggalkan hal tersebut.

Jawaban Atas Berbagai Bantahan

Jika ada orang yang berkilah, "Sesungguhnya kami tidak menemukan nash, baik di dalam kitabullah ataupun sunah Rasulullah saw. perihal haramnya rokok."

Maka, jawaban atas penyataan ini adalah bahwa nash-nash Alquran dan sunah terdiri dari dua jenis;
1. Jenis yang dalil-dalilnya bersifat umum seperti Adh-Dhawabith (ketentuan-ketentuan) dan kaidah-kaidah yang mencakup rincian-rincian yang banyak sekali hingga hari kiamat.
2. Jenis yang dalil-dalilnya memang diarahkan kepada suatu itu sendiri secara langsung.

Sebagai contoh untuk jenis pertama adalah ayat Alquran dan dua hadis yang kami sebutkan di atas yang menunjukkan keharaman merokok secara umum meskipun tidak diarahkan secara langsung kepadanya.

Sedangkan untuk jenis kedua, adalah seperti fiman Allah (yang artinya), "Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (dagig hewan) yang disembelih atas nama selain Allah." (Al-Maidah: 3).

Dan firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji yang termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah perbuatan-perbuatan itu." (Al-Maidah: 90).

Jadi, baik nash-nash itu termasuk jenis pertama atau kedua, ia bersifat keniscayaan (keharusan) bagi semua hamba Allah karena dari sisi pengambilan dalil mengindikasikan hal itu.

Sumber: Program Nur 'alad Darb, dari Fatwa Syekh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, dari kitab Fatwa-Fatwa Terkini 2.

2. Syaikh Muhammad bin Ibrahim

Rokok haram karena di dalamnya ada racun. Al-Qur?an menyatakan, ?Dihalalkan atas mereka apa-apa yang baik, dan diharamkan atas mereka apa-apa yang buruk (kotoran).? (al-A?raf: 157). Rasulullah juga melarang setiap yang memabukkan dan melemahkan, sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Dawud dari Ummu Salamah ra. Merokok juga termasuk melakukan pemborosan yang tidak bermanfaat. Selanjutnya, rokok dan bau mulut perokok bisa mengganggu orang lain, termasuk pada jamaah shalat.

3. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Rokok haram karena melemahkan dan memabukkan. Dalil nash tentang benda memabukkan sudah cukup jelas. Hanya saja, penjelasan tentang mabuk itu sendiri perlu penyesuaian.

4. Ulama Mesir, Syria, Saudi

Rokok haram alias terlarang, dengan alasan membahayakan. Di antara yang mendukung dalil ini adalah Syaikh Ahmad as-Sunhawy al-Bahuty al-Anjalaby dan Syaikh Al-Malakiyah Ibrahim al-Qaani dari Mesir, An-Najm al-Gazy al-Amiry as-Syafi?i dari Syria, dan ulama Mekkah Abdul Malik al-Ashami.

5. Dr Yusuf Qardhawi

Rokok haram karena membahayakan. Demikian disebut dalam bukunya "Halal & Haram dalam Islam". Menurutnya, tidak boleh seseorang membuat bahaya dan membalas bahaya, sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah. Qardhawi menambahkan, selain berbahaya, rokok juga mengajak penikmatnya untuk buang-buang waktu dan harta. Padahal lebih baik harta itu digunakan untuk yang lebih berguna, atau diinfaqkan bila memang keluarganya tidak membutuhkan.

Rasulullah SAW bersabda "Tidak boleh memberi bahaya kepada diri sendiri dan tidak boleh memberi bahaya kepada orang lain." (HR Ahmad dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas dan Ubadah)



Smoker ... oh Smoker

Minggu selepas siang itu, di halte dekat Tugu Pak Tani Gambir, udara cukup panas dan terasa makin gerah di dalam bus kopaja P-57, yang tiada kunjung jalan meski kursi penumpang sudah hampir penuh terisi. Pernah ga sih ngalamin, ketika dalam suasana seperti itu, tiba-tiba hidung kita terasa tertusuk suatu zat yang seakan-akan menyulitkan kita untuk bernafas ? Ya, asap mengepul dari rokok yang disulut oleh seorang penumpang, yang selanjutnya dengan santainya menyedot rokoknya lalu mengeluarkan asapnya hingga mengepul dan menyebar di dalam bus yang panas.

Aku berusaha menengok ke belakang untuk melihat apa ada tempat kosong untuk escape dari kepungan asap rokok tersebut. Eh.. ga tahunya selain kursi udah benar2 penuh, suasana di belakang gak jauh beda dengan yang di depan. Asap rokok mengepul dan menyebar ke ruangan. Suara beberapa batuk pun mulai terdengar, entah memang batuk beneran karena asap rokok itu atau isyarat halus bagi para smoker untuk menghentikan aktivitasnya.

Beberapa bulan yang lalu, kondisi serupa juga pernah aku alami. Saat itu aku berusaha dengan baik-baik minta pengertiannya untuk tidak merokok di dalam bus. Kebetulan saat itu memang aku lagi batuk, jadi dengan adanya asap rokok itu cukup menggangguku. Eh.. ternyata dianya malah ngedumel, dengan mengatasnamakan kebebasan dan hak untuk berbuat. Waduh...!

Sepertinya walaupun Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2005 sudah berlaku lama, ternyata kesadaran smoker untuk mentaatinya rasanya kurang sekali. Sehingga, hak masyarakat yang non-smoker untuk mendapatkan udara yang bersih bebas asap rokok seakan terabaikan. Kayaknya, semua pihak yang berkompeten dalam masalah ini (pemerintah, dokter, bahkan ulama) perlu bersinergi untuk memberikan edukasi yang cukup mengenai hal ini.

BAHAYA ROKOK
-----------------
(sumber : rokok.komunikasi.org)

Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah :
- Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru.
- Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan.
- Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.

Efek racun pada rokok ini membuat pengisap asap rokok mengalami resiko (dibanding yang tidak mengisap asap rokok):
-14x menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan
-4x menderita kanker esophagus
- 2x kanker kandung kemih
- 2x serangan jantung
Rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi penderita pneumonia dan gagal jantung, serta tekanan darah tinggi.
Menggunakan rokok dengan kadar nikotin rendah tidak akan membantu, karena untuk mengikuti kebutuhan akan zat adiktif itu, perokok cenderung menyedot asap rokok secara lebih keras, lebih dalam, dan lebih lama.

TIDAK ADA BATAS AMAN BAGI ORANG YANG TERPAPAR ASAP ROKOK.


HALAL GUIDE : Be Careful with Arak Dalam Berbagai Masakan

Halal Guide -- Anda suka masakan China (Chineese Food)? Masakan Jepang (Japaneese Food)? Atau barangkali suka mie goreng? Ikan bakar? Bahkan daging panggang? Hati-hatilah, karena kemungkinan masak-masakan lezat itu dimasak dengan arak. Penggunaan arak dalam masakan itu sepertinya sudah melekat, sulit dipisahkan. Banyak kegunaan yang diharapkan dari barang haram tersebut. Kegunaan pertama adalah melunakkan jaringan daging. Para juru masak meyakini bahwa daging yang direndam dalam arak akan menjadi empuk dan enak. Oleh karena itu daging yang akan dipanggang atau dimasak dalam bentuk tepanyaki seringkali direndam dalam arak.

Selain itu arak juga menghasilkan aroma dan flavor yang khas, yang oleh para juru masak dianggap dapat mengundang selera. Aroma itu muncul pada saat masakan dipanggang, ditumis, digoreng, atau jenis masakan lainnya. Munculnya arak itu memang menjadi salah satu ciri masakan Cina, Jepang, Korea dan masakan lokal yang berorientasi pada arak.

Jenis arak yang digunakan dalam berbagai masakan itu bermacam-macam ada arak putih (Pek Be Ciu), arak merah, arak putih (Ang Ciu), arak mie (Kue Lo Ciu), Arak gentong, dan lain-lain. Produsenya pun beragam, ada yang diimpor dari Cina, Jepang, Singapura bahkan banyak pula buatan lokal dengan menggunakan perasan tape ketan yang difermentasi lanjut (anggur tape). Penggunaan arak ini pun beragam, mulai dari restoran besar, restoran kecil bahkan warung-warung tenda yang buka di pinggir jalan.

Keberadaan arak ini masih jarang diketahui oleh masyarakat. Sementara itu ada kesalahan pemahaman di kalangan pengusaha atau juru masak yang tidak menganggap arak sebagai sesuatu yang haram. Kalau tentang daging babi, mungkin sudah cukup dipahami berbagai kalangan bahwa masakan itu dilarang bagi kaum muslim. Meskipun ada sebagian masyarakat yang melanggarnya, tetapi kebanyakan pengelola restoran tahu bahwa hal itu tidak boleh dijual untuk orang muslim

Lain halnya dengan arak. Sebagian besar kalangan pengelola restoran tidak menganggap bahan masakan itu haram hukumnya. Apalagi dalam proses pemasakannnya arak tersebut sudah menguap dan hilang. Sehingga anggapan itu menyebabkan mereka tidak merasa bersalah ketika menghidangkan masakan itu kepada konsumen muslim.

Anggapan itu tentu saja perlu diluruskan karena dalam Islam hukum mengenai arak atau khamr ini sudah cukup jelas, yaitu haram. Bukan saja mengkonsumsinya tetapi juga memproduksinya, mengedarkannya, menggunakan manfaatnya, bahkan menolong orang untuk memanfaatkannya. Nah, ini tentunya menjadi peringatan bagi kita semua agar lebih berhati-hati dalam membeli masakan, sekaligus juga menjadi perhatian bagi para pengelola restoran yang menjual produknya kepada masyarakat umum agar tidak menggunakan arak tersebut. (halal-guide .. MUI)

http://www.halalguide.info/content/view/898/38/

Puisi Hamka untuk Natsir

Puisi ini ditulis Hamka di Ruang Sidang Konstituante pada 13 November 1957, setelah mendengar pidato Moh. Natsir di Majlis Konstituante:

Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yang benar kau sebut juga benar

Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa

Jibril berdiri sebelah kananmu
Mikail berdiri sebelah kiri
Lindungan Ilahi memberimu tenaga

Suka dan duka kita hadapi
Suaramu wahai Natsir, suara kaum-mu
Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi

Ini berjuta kawan sepaham
Hidup dan mati bersama-sama
Untuk menuntut Ridha Ilahi

Dan aku pun masukkan
Dalam daftarmu .......!

Pidato Natsir dalam Sidang Konstituante tersebut memang luar biasa. Sebagai seorang ulama dan sastrawan, Hamka pun terpana dengan pidato Natsir itu, sampai menuliskan sebuah puisi khusus untuk Natsir. Ketika itulah, Natsir mengupas tuntas kelemahan sekularisme, yang dia katakan sebagai paham tanpa agama, atau la diiniyah. Sekularisme, kata Natsir, adalah suatu cara hidup yang mengandung paham, tujuan, dan sikap hanya di dalam batas keduniaan. ”Seorang sekularis tidak mengakui adanya wahyu sebagai salah satu sumber kepercayaan dan pengatahuan. Ia menganggap bahwa kepercayaan dan nilai-nilai itu ditimbulkan oleh sejarah ataupun oleh bekas-bekas kehewanan manusia semata-mata dan dipusatkan kepada kebahagiaan manusia dalam kehidupan sekarang ini belaka,” ujar Natsir.

Natsir dengan tegas menawarkan kepada Sidang Konstituante agar menjadikan Islam sebagai dasar negara RI. Kata Natsir, ”Jika dibandingkan dengan sekularisme yang sebaik-baiknya pun, maka adalah agama masih lebih dalam dan lebih dapat diterima oleh akal. Setinggi-tinggi tujuan hidup bagi masyarakat dan perseorangan yang dapat diberikan oleh sekularisme, tidak melebihi konsep dari apa yang disebut humanity (perikemanusiaan). Yang menjadi soal adalah pertanyaan, ”Dimana sumber perikemanusiaan itu?”

Tokoh-tokoh Masyumi – yang kemudian mendirikan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia – adalah para pejuang Islam yang gigih dalam mengajukan konsep-konsep Islam, secara ilmiah dan argumentatif. Tetapi, mereka juga konsisten dalam memegang teguh aturan main secara konstitusional. Ketika perjuangan melalui jalur partai politik terganjal, para tokoh Masyumi pun menempuh jalur dakwah di masyarakat, masjid, pesantren, dan perguruan tinggi. Istilah mereka, dakwah adalah laksana air yang mengalir, tidak boleh berhenti, dan tidak bisa dibendung.

dikutip dari : Catatan Akhir Pekan - Adian Husaini (www.hidayatullah.com)


62 Tahun Piagam Jakarta

22 Juni 2007, hari ini tepat 62 tahun Piagam Jakarta di-release. Piagam Jakarta disusun oleh Panitia Sembilan dari BPUPKI. Piagam Jakarta atau Jakarta Charter merupakan kompromi tentang dasar negara Indonesia yang dirumuskan oleh Panitia Sembilan.
Ada yang masih inget bunyinya kah? Kalo lupa, please find below:

Bahwa sesungguhnja kemerdekaan itu jalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka pendjadjahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perdjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai (lah) kepada saat jang berbahagia dengan selamat-sentausa mengantarkan rakjat Indonesia kedepan pintu gerbang Negara Indonesia jang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat Rahmat Allah Jang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaja berkehidupan kebangsaan jang bebas, maka rakjat Indonesia menjatakan dengan ini kemerdekaannja.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia Merdeka jang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah-darah Indonesia, dan untuk memadjukan kesedjahteraan umum, mentjerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar Negara Indonesia, jang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indnesia, jang berkedaulatan rakjat, dengan berdasar kepada: keTuhanan, dengan kewadjiban mendjalankan sjari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknja, menurut dasar kemanusiaan jang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebidjaksanaan dalam permusjawaratan perwakilan, serta dengan mewudjudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakjat Indonesia.

Djakarta, 22 Juni 1945

Ir. Soekarno
Mohammad Hatta
A.A. Maramis
Abikusno Tjokrosujoso
Abdulkahar Muzakir
H.A. Salim
Achmad Subardjo
Wachid Hasjim
Muhammad Yamin

“Piagam Jakarta sebenarnya merupakan gentlemen’s agreement dari bangsa ini. Sayang, kalau generasi selanjutnya justru mengingkari sejarah.” (Prof. Kasman Singodimedjo).


Anjuran Untuk Memakan Hasil Kerja Sendiri

Riyadhus Shalihin
Syarah dan Terjemah


Allah Ta'ala berfirman,

10:62


"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (Al-Jumu'ah : 10).

Hadits 1/539

Abu Abdullah bin Az-Zubair bin Al-Awwan ra. berkata bahwa Rasululllah saw. bersabda, "Sekiranya seorang di antara kalian membawa talinya, lalu pergi ke gunung kemudian datang dengan membawa seikat kayu bakar di punggungnya untuk dijual, kemudian Allah mencukupkannya (dari meminta-minta), itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang, baik diberi maupun tidak diberi." (h.r. Bukhari).

Pelajaran-pelajaran hadits
1. Anjuran untuk bekerja demi mendapatkan rezeki kendatipun seseorang menjalani profesi hina dan sederhana menurut kacamata manusia.
2. Kesungguhan jiwa dalam mencari rezeki yang halal.

Hadits 2/540

Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sekiranya seseorang di antara kalian mencari seikat kayu bakar lalu dibawa ke atas punggungnya, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, diberi atau tidak." (muttafaq 'alaih).

Hadits 3/541

Abu Hurairah ra. meriwayatkan dari Nabi saw. Beliau bersabda, "Adalah Abu Dawud as. tidak memakan selain hasil kerjanya." (h.r. Bukhari).

Pelajaran hadits
Anjuran untuk bekerja dan memakan makanan yang dibeli dengan hasil kerja sendiri sebagaimana yang dilakukan Dawud as.

Hadits 4/542

Abu Hurairah ra. meriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, "Adalah Zakaria as. itu seorang tukang kayu." (h.r. Muslim).

Pelajaran hadits
Keutamaan bekerja dan berproduksi untuk meneladi perilaku para Nabi Allah.

Hadits 5/543

Miqdad bin Ma'dikarib ra. meriwayatkan dari Nabi saw. yang bersabda, "Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik daripada ia memakan hasil kerja tangannya sendiri." (h.r. Bukhari)

Pelajaran hadits
Makanan yang paling baik dan kehidupan yang paling damai adalah makanan dan kehidupan yang dihasilkan oleh usaha dan tenaganya sendiri.

Catatan :
Secara umum pelajaran yang dapat diambil dari bab ini adalah sbb:
1. Anjuran untuk memenuhi sebab dan itu tidak bertentangan dengan tawakal kepada Allah Azza wa Jalla.
2. Pentingnya percaya kepada diri sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidup dan agar seseorang tidak menghinakan dirinya di hadapan orang lain. Bekerja dan berusaha adalah pendidikan kemandirian yang bisa tumbuh dalam diri. Hal ini juga dimaksudkan agar seseorang tidak tunduk kepada kemalasan dan mengemis kepada orang lain. Sebab, Islam adalah agama kehidupan dan agama kerja untuk kebaikan dunia dan akhirat.


Senyum dan Sepatah Bahasa China Syeikh Sudais Islamkan Lima Orang

Kelembutan, kesantunan dan keramah-tamahan yang dengan tulus ditampilkan oleh seorang muslim adalah laksana udara pagi nan segar yang dihirup oleh manusia, hingga membuat hatinya menjadi damai, tentram dan tentu saja rasa cinta yang tulus untuk selalu membutuhkannya. Kisah di bawah ini kiranya dapat menjadi teladan bagi kita untuk menjadi muslim yang sejati dalam hidup bermasyarakat.

----------------------------------------------->

Syeikh Abdurrahman Al-Sudais, salah seorang imam Masjidil Haram Mekah, memiliki suara bacaan Al-Qur`an yang khas, sehingga hampir semua kaum Muslimin yang pernah menunaikan haji atau umrah akrab dengan suaranya.


Oleh karena itulah suara merdu bacaan Al-Qur`an secara tartil (bacaan tanpa lagu) itu menyebar ke seantero dunia lewat kaset dan cakram digital (Compact Disc/CD). Dan, suaranya pun sering terdengar di masjid-masjid mancanegara.

Selain suara khas yang kadang-kadang membuat mata tidak terasa meneteskan air tangis haru, sang Imam yang bergelar doktor (S3) itu terkenal ramah dan lemah lembut, serta cepat akrab dengan siapa saja.

Sikap cepat akrab dan lemah lembut dengan selalu menebar senyum itulah yang membuat banyak orang betah menemaninya, apalagi untuk mengobrol seputar masalah-masalah agama.

Dan, satu lagi kelebihan Imam Masjidil Haram itu adalah senang "mengoleksi" banyak bahasa, walaupun hanya sepatah kata, terutama bahasa gaul. Senyum lembut, yang dalam ajaran Islam bernilai sedekah itu ditambah dengan sepatah bahasa setempat itulah membuat beberapa orang yang tadinya tidak mengenal Islam sama sekali,menjadi tertarik.

Salah satu contohnya terjadi saat sang imam menginap selama dua malam di salah satu hotel di "diplomatic area" di kota Beijing belum lama ini. Syeikh Sudais dapat meng-Islamkan lima orang China dari karyawan hotel tersebut yang tertarik dengan sikap sang imam.

"Di tengah malam dua warga China datang di kamar hotel, dan ia menyatakan ingin memeluk Islam. Saya jelaskan lewat seorang penerjemah lulusan salah satu Universitas Islam di Saudi, agar kunci pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadah," katanya seperti dikutip harian Al-Riyadh, Saudi, Senin (11/6).

Tidak beberapa lama lagi, tiga orang lainnya datang ke ruangan Syeikh Sudais yang tidak pernah ditutupnya dari sejak masuk hotel hingga kembali ke negaranya. Ketiga orang warga negeri Tirai Bambu itu datang berniat yang sama.

Setelah acara pengucapan kalimah syahadah, Syeikh menanyakan lewat penerjemah sebab mereka tertarik masuk Islam. Mereka serempak menjawab "tertarik dengan sikap Syeikh yang selalu hangat dengan senyum lembut".

"Selain itu, rasa percaya penuh kepada kami karena pintu kamar Syeikh selalu dibuka hingga meninggalkan hotel. Dan, satu lagi, sapaan Syeikh dengan bahasa China yang didapatnya pada hari pertama tiba," ujar mereka.

Paling tidak, pengalaman Syeikh Sudais itu sebagai salah satu bukti bahwa Islam tersebar bukan karena aksi teror, namun lewat sikap bersahaya dan keakraban kaum Muslimin terhadap sesama tanpa membedakan agama, bangsa, ras dan golongan. [ant/www.hidayatullah.com]


Kerja adalah Kehormatan

Seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya.

”Om beli bunga Om.”

”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.

”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.

Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya si pemuda berkata, ”Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk? Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan beli bunga dari kamu.”

Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan istirahat siangnya, si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya.

”Sudah selesai kerja Om, sekarang beli bunga ini dong Om, murah kok satu tangkai saja.” Bercampur antara jengkel dan kasihan si pemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya.

”Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini sedekah untuk kamu,” ujar si pemuda sambil mengangsurkan uangnya kepada si gadis kecil. Uang itu diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan, melainkan ia berikan kepada pengemis tua yang kebetulan lewat di sekitar sana.

Pemuda itu keheranan dan sedikit tersinggung. ”Kenapa uang tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis?” Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab, ”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”

Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil bahwa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.

Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima. Kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangan.

Oleh : Andrie Wongso


Melatih Kepekaan Diri

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Andaikata kita ingin tahu bagaimana masa depan kita, sederhana sekali, lihat apa yang kita lakukan saat ini. Kalau saat ini kita pemalas, yang akan terjadi adalah masa depan yang suram. Begitupun bila licik, pasti masa depan kita tidak berbeda jauh dengan kelicikan yang dikerjakan saat ini. Karena segala yang kita lakukan akan kembali kepada pelakunya.

Perbuatan baik akan menjadi buah kebaikan, tidak sekarang mungkin nanti. Begitu pula jika amat buruk yang dikerjakan, pasti berbuah keburukan pula. Kita semua sungguh harus menyadari dan memahami, tidak ada yang celaka, kecuali buah dari pekerjaan kita sendiri.

Oleh karena itu, kewajiban kita hanya dua hal. Pertama, serius mencari dan menemukan kekurangan diri; tidak usah sibuk membela diri. Kedua, mengembang terus kemampuan supaya mampu berbuat lebih baik. Karena kemuliaan seseorang dilihat dari tingkat manfaatya bagi orang lain. Orang memang cenderung tebih sibuk dengan kepentingan dirinya, dengan aktivitas yang menguntungkan diri. Padahal, tidak akan pemah mulia orang yang sibuk untuk mencari keuntungan diri. Orang yang sukses dan mulia adalah mereka yang sibuk beraktivitas untuk kemaslahatan orang banyak. Orang yang sukses adalah mereka yang senantiasa berbuat yang terbaik untuk orang lain. Sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, dalam setiap detik kehidupannya betiau berkorban siang malam demi kebaikan umat.

Untuk itu, agar masa depan kita lebih balk, sukses, dan bermanfaat, kita harus belajar dan berupaya untuk memiliki kepekaan dan kepedulian. Terutama peka untuk menambah amal, ilmu, dan berempati terhadap orang lain dan berupaya menarik hikmahnya. Begitu ada ladang amal, segera kerjakan. Jangan ditunda-tunda. Juga terbadap ilmu, setiap ada pertemuan harus menjadi ilmu dan hikmah yang manfaat bagi kita. Sungguh rugi bila aktivitas kita tak menambah ilmu dan hikmah. Ingat, jangan sampai ada perbuatan dan perkataan kita yang mendzalimi atau menyakiti hati orang lain.

Mudahmudahan dengan selalu melatih kepekaan dan kepedulian, menjadikan masa depan kita lebih baik, lebih berkah, dan lebih maslahat.
Wallahu a'lam bishshawab.


Menyegerakan Amal Sholeh

Sore itu gerimis menghiasi langit Jakarta. Hingga aku sampai ke Kalibata Mall pun masih juga belum berhenti. Dengan langkah tergesa - karena sudah ditunggu rekan di sana, aku pun mempercepat langkah. Seorang peminta-minta yang mencoba mendapatkan rizki dari yang iba padanyapun - yang duduk di pintu area Mall, tak begitu aku perhatikan. Meski mata melihat, seakan ada yang membisiki untuk nanti sajalah setelah pulang memberikan sedekahnya.

Singkat kata, perjumpaan dengan rekan pun selesai dan aku juga telah menyelesaikan misiku yang lain - cari buku di JBC . Dalam perjalanan menuju keluar area Mall, aku pun sudah persiapkan selembar uang rupiah yang aku niatkan untuk peminta-minta tadi.

Begitu sampai di pintu tadi, ternyata peminta-minta itu sudah tidak ada. Mungkin karena gerimis yang telah berubah menjadi hujan ringan yang membuatnya pergi dari tempat itu. Aku masih mencoba mengarahkan pandanganku ke berbagai arah, siapa tahu ia ada di sana. Namun, hingga bajuku mulai basah karena hujanpun, aku tak menemukannya.

Hujan kian deras dan akupun langsung bergegas menaiki bus untuk balik ke tempat kos. Sepanjang perjalanan, hatiku terusik dengan kejadian barusan itu. Nyesel juga dalam hati, kenapa aku menunda-nuda melakukan amal sholeh. Karena ternyata kesempatan untuk beramal sholeh itu ga datang berulang.

Aku jadi teringat hadist yang dibaca Pak Ustadz saat pengajian malam jum'at di masjid samping tempat kerja beberapa minggu lalu.

Dari Ibnu Umar RA beliau berkata: “Rosululloh S.A.W. pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir”. Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati” (HR. Bukhori)

Maksudnya adalah janganlah menunggu amal-amal yang bisa kita kerjakan di malam hari untuk pagi hari. Bahkan bersegeralah beramal. Begitu pula tatkala pagi hari. Janganlah terbetik di dalam hati kita
bahwa kita akan bertemu dengan sore hari sehingga kita pun akhirkan amal-amal pagi kita untuk malam hari.

Hmmm... This is just for sharing, karena mungkin banyak juga diantara kita yang mengalaminya.


Ta'aruf Mas Riza --> Tetap Semangat !!!

Subuh minggu itu adalah seperti halnya subuh hari-hari biasa bagi Mas Riza. Ia mandi sebelum waktu subuh, dan setelah azan, ia sholat qobliyah subuh di rumah, lantas berjalan kaki ke mushola dekat rumah untuk sholat subuh berjama'ah. Yang membedakannya adalah kali ini doanya lebih khusyuk ia panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Pemurah. Mengapa? ... Ternyata dhuha nanti ia akan diperkenalkan dengan seorang wanita, yang jika proses ta'aruf lancar, insya Allah, akan menjadi pendamping hidup yang telah lama dinantikannya dan tiada lelah ia memohonkepada-Nya.

Dhuha itu Mas Riza telah berada di sebuah Masjid. Hatinya pun berdebar-debar, meskipun sholat takhiyatul masjid dan sholat dhuha baru selesai ia tunaikan. Berdebar-debar dan semakin berdebar-debar.

Jantungnya seakan mau meledak, ketika seseorang menepuk punggungnya. Ternyata, Pak Ustadz Yusuf - orang yang akan mendampinginya dalam proses ta'aruf - telah berada di belakangnya. Beliau tersenyum kepada Mas Riza, seakan tahu bagaimana ketegangan yang Mas Riza rasakan.

Pak Ustadz membimbing Mas Riza berjalan menuju lantai dua masjid tersebut. Di sana telah menunggu seorang pria dan 3 orang wanita. Pak Ustadz Yusuf memperkenalkan mereka masing-masing kepada Mas Riza yaitu Ustadz Fatah dan istrinya serta dua murid wanita istrinya. Mas Riza pun memperkenalkan diri, namun karena ketegangan yang semakin menjadi, ia tidak sempat memperhatikan dengan seksama wajah-wajah mereka.

Mbak Sarah, begitu Pak Ust. Yusuf memperkenalkan wanita di depan Mas Riza sebagai wanita yang akan di-ta'aruf-inya. Mas Riza mencoba mengangkat wajahnya dan melihat wanita tersebut. Hatinya semakin gak karuan berdebar-debar begitu pula jantungnya. Doanya seakan telah dimakbulkan oleh Allah Yang Maha Pengasih. Mbak Sarah terlihat begitu cantik dan anggun dengan jilbab panjangnya yang berwarna putih biru muda.

Proses ta'aruf pun dimulai. Mas Riza mulai berkeringat. Namun niatnya yang kuat, mengalahkan semuanya.

Wawancarapun di mulai. Oleh murobi Mbak Sarah, Mas Riza mendapat begitu banyak pertanyaan tak ubahnya tes penerimaan pegawai, seperti riwayat hidup, riwayat orang tua, pekerjaan, pendidikan, kegiatan sosial atau organisasi, rumah, kendaraan, dan penghasilan. Mas Riza berusaha menjawab sejujur-jujurnya.

Tes kedua, Mas Riza disuguhi mushaf al-qur'an. Mas Riza diminta membacanya. Mas Rizapun melakukannya walau masih dengan kekurangan di sana-sini. Alhamdulillah, Mas Riza berujar dalam hatinya. Ia telah menyelesaikan dua tes.

Tinggal satu lagi. Begitu kata murobi Mbak Sarah. Beliau menanyakan kepada Mas Riza komitmennya terhadap kegiatan dakwah. Mas Riza berusaha menjawab sebisa mungkin sesuai apa yang ia pahami dan pelajari selama ini.

Percakapan itu menjadi semakin seru karena Mas Riza dan murobi Mbak Sarah, saling beradu argumen. Nampaknya mereka memiliki pandangan yang agak berbeda. Murobi Mbak Sarah meminta Mas Riza untuk bergabung (menjadi anggota) dalam sebuah harakah untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan dakwah. Sementara Mas Riza, ia merasa lebih sreg tidak menjadi anggota sebuah harakah, karena ia bisa dengan nyaman menuntut ilmu di harakah atau majelis mana saja, tanpa dibatasi firqoh-firqoh tertentu.

Tampaknya itu menjadi akhir dari proses ta'aruf. Dengan menyesal, murobi Mbak Sarah tidak bisa memberikan "rekomendasi persetujuan" dan Mbak Sarahpun dengan wajah sedih tidak bisa berbuat apa-apa karena Mbak Sarah sangat menghargai murobinya. Pak Ust. Yusuf pun hanya bisa melihat dan menepuk bahu Mas Riza memberikan semangat padanya.

Azan Dzuhurpun mulai dikumandangkan. Pertemuan itu pun berakhir dengan saling berpesan untuk tetap menjaga ukhwah sesama muslim terlepas apapun hasil ta'aruf itu.

Sholat Dzuhur telah ditunaikan. Mas Riza masih duduk bersimpuh memanjatkan doa. Ia bersyukur atas kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk berta'aruf itu. Ikhtiar telah dijalankan, namun semua hanya Allah yang menentukan. Mas Riza berjanji dalam doanya untuk tidak berputus asa dan terus berusaha.

Langit mulai mendung. Mas Riza masih berdiri di halte bus. Belum juga ia mendapatkan bus untuk pulang ke rumah. Selain busnya jarang, kalaupun ada, datang dalam keadaan penuh penumpang. Akhirnya bus yang ditunggu datang. Bus itu cukup padat, namun dengan bergelantungan bus itu bisa mengantar Mas Riza ketujuannya. Mas Riza berlari menghampiri bus tersebut. Namun tiba-tiba bus itu langsung berjalan meninggalkan Mas Riza di tepi jalan.......

Mas Rizapun balik untuk kembali ke halte, namun tiba-tiba datang bus lainnya. Mas Riza menoleh, ia melihat bus yang akan membawa ketujuannya dalam keadaan longgar. Sambil bersyukur kepada Allah dan membaca basmallah, ia pun naik bus tersebut dan duduk dengan tenang di dalamnya.

Selamat berjuang Mas Riza..!! Insya Allah bidadarimu menunggu di sana......


Mengetuk Hati

"Bila kutahu, akan tiba ajalku.. Ijinkan aku tuk bertaubat pada-Mu"

Begitulah bait lagu dari Band Ungu, yang coba didendangkan dengan suara fals dan alat musik "icrik-icrik" oleh seorang anak kecil di bus P20 yang akan membawaku ke Kwitang pagi itu. Dengan wajah yang memelas dan pakaian yang lusuh, ia berusaha untuk mendapatkan rizki yang 4JJI titipkan pada para penumpang bus yang memandang kehadirannya dengan sebelah mata atau bahkan tak menghiraukannya. Mungkin juga termasuk diriku.

Si bocah kecil itu terus saja melantunkan lagu tersebut. Mungkin suaranya bagi sebagian penumpang, sungguh membuat tidak nyaman di telinga dan pengin agar cepet-cepet bocah itu menghentikan lagunya.

Namun seorang Bapak yang duduk disampingku, terlihat dengan serius melihat ke arah bocah kecil itu. Perhatiannya tak lepas sedikitpun, hingga bocah itu selesai dengan lagunya dan berusaha menjemput rizki dengan menghantarkan kantung permen kepada para penumpang dengan harapan kemurahan hati dengan kepingan rupiah.

Sementara bocah cilik itu turun dari bus dengan mendekap rizki yang ia dapatkan, Bapak itu , yang mungkin dari tadi juga memperhatikan sikapku, bertutur kepadaku.

"Dik... saya dari tadi mencoba membayangkan bagaimana jika yang mengamen, yang berdiri di depan pintu bus, yang mengulurkan kantung dengan penuh harap, itu adalah anak saya. Mungkin saya merenung terlampau jauh. Namun, jika 4JJI menghendaki diujung jalan itu, bus ini bertabrakan dan anda selamat, sementara saya, sebagai pencari nafkah dalam keluarga, meninggal sebagai korban kecelakaan, maka kondisi bisa berubah dengan cepat. Rumah saya akan diambil bank karena istri saya tidak mungkin sanggup membayar angsuran kredit rumah, anak saya berhenti sekolah karena tak ada biaya untuk itu, dan jika tabungan sudah habis sementara mereka butuh makan.. mungkin beberapa bulan kemudian, bocah yang naik bus ini untuk mengamen dengan wajah memelas dan baju yang lusuh... itu anak saya..."

Bapak itu menarik nafas dalam, sementara aku terkesima akan apa yang barusan beliau sampaikan.

"Andai semua orang di bus ini, terketuk hatinya, mungkin mereka akan lebih memerhatikannya. Namun, mungkin hati kita terlalu membatu dikarenakan kerasnya hidup dan kuasanya nafsu, hingga wajah yang memelas, baju yang kumuh dan suara yang mengharap tidak bisa mengetuk hati kita. Apakah mungkin harus dengan musibah seperti yang saya andaikan tadi, hati kita baru bisa terketuk ?... saat itu semuanya sudah terlambat" kata Bapak itu mengakhiri tuturannya.Dan tak lama kemudian Bapak itu pun turun dari bus.

Bus masih berjalan pelan melalui samping stasiun Gondangdia, dan sungguh aku masih merenungi apa yang baru saja kudengar dari Bapak itu tadi.


Nyobain Bus Transjakarta (Busway)

Pagi tadi pengin coba naik bus transjakarta dari depan kantor menuju ke kwitang. Pengin tahu juga seefisien apa sih .. hehehe cepet mana ama naik bus biasa...

jadilah aku beli tiket Rp. 3500 dari halte imigrasi mampang dan ga lama nunggu, buspun datang. Karena hari minggu kali ya, jadi penumpangnya ga banyak, meskipun tetep berdiri. Dengan lancar bus berjalan hingga sampai halte terakhir di Halimun. Kemudian mesti pindah bus jurusan Dukuh Atas - Pulogadung. Alhamdulillah, langsung dapat bus. Lumayan rame sih penumpangnya, mungkin pada mau jalan-2 ke senen kali ya... Eh..ternyata harus transit lagi di Matraman. Melalui jembatan penyebrangan, jalanlah aku dari halte Matraman 2 ke Matraman 1. Dan langsung dapat bus jurusan Kampung Melayu - Ancol. Wah .. penuh banget... tapi tak apalah yang penting cepat sampai tujuan. Dan benar juga, ga sampai 10 menit, bus dah sampai terminal senen.

Hm.. kalo dihitung-hitung cepet juga ya .....

Halte Imigrasi --> Halimun : 15 menit
Halte Halimun --> Matraman : 15 menit
Halte Matraman --> Senin : 15 menit
Nunggu bus di halte transit : 15 menit
Total waktu ditempuh : 60 menit (1 jam)

Wah.. efisien juga sih, apalagi jika di hari kerja bisa kayak gitu...nyaman lagi, ber-AC...

Pas pulangnya, waduh.. ternyata penumpangnya penuh banget mulai dari halte senin sampai matraman, dan nunggu busnya lumayan lama. Tapi untungnya dari Matraman - Halimun - Imigrasi Mampang lancar banget.

Finally, it was nice trip..., bus yang nyaman, jalan yang lancar. Mungkin yang kurang, jumlah busnya kali ya, ama attitude penumpangnya yang perlu ditingkatkan lagi budaya antrinya.. biar sopan kaya bebek baris, ga srobot sana srobot sini....

Moga-moga, pemda DKI bangun lagi koridor2 yang lain. Dengan harga Rp. 3500 atau paling mahal Rp. 5000, mungkin itu bisa menjadi solusi bagi kenyamanan transportasi publik. Dan untuk yang bermobil, gak ada salahnya kan naik busway. Kalo gengsi ya ... silahkan menikmati kemacetan hehehe...

Untuk yang mau coba jalan-jalan, ngga usah takut nyasar.. coba aja buka link di bawah untuk
ndapetin info peta jalurnya..

http://www.transjakarta.cjb.net/
http://www.jakarta.go.id/transjakarta/index.php


Dari Pameran ke Pameran

Setiap kali baca koran, kolom iklan pasti yang dituju, terutama iklan jual beli rumah. Maklumlah, mungkin terlalu terobsesi atau bermimpi pengin punya rumah sendiri. Ya..beberapa bulan terakhir seneng banget bolak balik iklan rumah. Kadang sedih karena ga ada yang pas ama budget, tapi kadang juga tersenyum garing bila lihat harga rumah yang harganya terbang ke angkasa hehehe...

Pagi itu, lagi asyik sarapan, ada SMS, ternyata dari temen. Katanya hari itu ada pemeran rumah di JCC. Wah, acara kaya gini tuh yang bikin semangat. Yah, siapa tahu ada yang sesuai dengan keinginan, kalo ngga ya, itung-itung ngumpulin brosur. Akhirnya berdua ama temen berangkat ke JCC. Meski panas-panas, tetep aja jalan.

Sesampai di sana, ternyata pengunjungnya cukup banyak. Hehehe.. dari satu stan ke stan yang lain, lembar-demi-lembar brosur aku kumpulin. Ya, sambil tanya-tanya sana sini, berapa harga, lokasi di mana dll. Udah puas ngumpulin brosur, aku dan temenku istirahat di halaman JCC sambil bolak-balik brosur yang baru diambil. Lembar-demi-lembar ku lihat. Hehehe, aku sama temenku hanya tersenyum melihat harga yang demikian mahal.

Eh.. tiba-tiba ada bapak-bapak disebelahku nyeletuk, entah ke aku atau ke istrinya yang ada disampingnya, atau kesiapa ga tahu deh... "Wah ini tuh rumahnya yang terlalu mahal atau pendapatan kita ya yang terlalu kecil"....

Aku dan temenku yang mendengarnya langsung tertawa spontan. Dan bapak-bapak itupun juga tertawa. Ternyata banyak juga orang-orang yang senasib dengan kami .... Berusaha mewujudkan mimpi ......

Hm.... sepanjang perjalanan pulang, aku merenung. Mungkin, begitulah ikhtiar, berusaha untuk mendapatkan sesuatu, meski kadang ga sesuai harapan. Tapi mungkin itu juga cara Alloh menguji keseriusan hamba-Nya dalam mencari ridlo-Nya.

Akhirnya kami pun berpisah. Sambil bercanda ia berkata "Sampai jumpa di pameran selanjutnya" .... hehehe....


Ketika Banjir Menyapa

Hari sudah jam 8-an, namun hujan masih terus mengguyur kota dengan derasnya. Seakan-akan tiada habis meski sudah ditumpahkan sejak tengah malam sebelumnya. Sejenak meninggalkan pekerjaan, aku mencoba mencari informasi terakhir kondisi Jakarta. Mencoba untuk browsing melalui internet, eh ternyata internetnya ga jalan. Karena penasaran akhirnya coba cari informasi via televisi. N ... ternyata sejak pagi semua stasiun televisi telah menayangkan secara khusus kejadian banjir yang menyapa Jakarta.

Hari ini banjir benar-benar menyapa semua penguni Jakarta, baik yang di rumah, di jalan, di kantor, di pasar, di sekolah, dlsb. Di rumah, banjir menyapa dengan genangan yang memaksa penghuni rumah menngungsi ke tempat-2 yang aman. Di jalan, banjir menyapa ribuan orang hingga membuat mereka tidak bisa mencapai tempat kerjanya, bahkan ada yang terjebak ga bisa berangkat ga bisa pulang. Angkutan umum banyak yang tidak beroperasi karena jalan tak bisa dilalui. Di perkantoran, banjir menyapa dengan memutuskan saluran komunikasi (internet, telephone, fax). Dan lain sebagainya, masih banyak cara banjir memberikan sapaan.

Hari ini adalah hari Jum'at. Hari yang dimuliakan di antara hari-2 yang lain. Mungkin, hari ini kita harus lebih mendekatkan diri kepada 4JJI dengan memenuhi panggilannya untuk melaksanakan shalat Jum'at serta bermunajat kepada-Nya, semoga banjir ini cukup sampai di sini tidak bertambah luas dan setelah itu, kita ulurkan tangan kita, semampu kita, untuk mengurangi penderitaan korban banjir. Mereka saudara kita, saat ini mereka yang disapa banjir, besok siapa tahu giliran kita....

Ya 4JJI, semua yang terjadi ini adalah kehendak-Mu. Jadikanlah melalui banjir ini, membuat kami semakin takut akan azab-Mu dan membuat kami semakin berharap akan kasih-Mu. Engkaulah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Belajar Tahsin

Alhamdulillah... Meski awalnya gemetar dan grogi ketika mencoba dan dikoreksi oleh ahlinya, namun perlahan-lahan tenang rasanya di hati dan kian tumbuhnya semangat untuk terus memperbaiki diri.

Ya, hari minggu lalu, adalah hari pertama ikut pengajian tahsin di masjid al-A'raf Kwitang. Sempet minder juga sih, karena banyak pesertanya yang memiliki kemampuan baca al-Quran yang menurutku sangat baik. Namun, dengan niat untuk ingin belajar baca al-Quran dengan benar, lama-lama jadi pede meskipun bacaanku masih berantakan.

Pengajian tahsin habis sholat dzuhur itu, di awali dengan semua peserta satu per satu membaca ayat-ayat dalam al-Quran untuk mendapatkan koreksi dari pak ustadz, kemudian dilanjutkan dengan pelajaran mad dan makhrajul huruf. Setelah menikmati pengajian itu, sadarlah aku kalo bacaan al-Quran ku sungguh masih berantakan. Jangankan tajwid yang benar, mengenai makhraj dan panjang pendek saja masih jauh dari benar.

Dan hari-hari ini, aku belajar setahap-demi setahap. Mulai dengan belajar makrajul huruf dengan variasi latihan panjang pendek. Hm.. jadi kayak anak TPA ya... hehehe... Tak apalah. Aku dah membulatkan niat untuk benar-benar belajar dan ingin bisa. Dalam hati sih menyesal, kenapa baru pada seusia ini, aku mendapatkan pelajaran / ilmu yang sangat-2 berarti itu. Tapi, itu lebih baik kan daripada tidak sama sekali. Selagi Alloh memberikan kesehatan, waktu luang dan jalan untuk belajar membaca al-Quran, mengapa tidak dimanfaatkan secara maksimal...

Ya Allah, berilah manfaat dengan apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku dan ajarkanlah apa yang bermanfaat untukku. Tambahkanlah aku ilmu. Segala puji bagi Allah pada semua keadaan. Aku berlindung kepada Allah dari adzab neraka.” (HR. Ibnu Majah).