Ta'aruf Mas Riza --> Tetap Semangat !!!

Subuh minggu itu adalah seperti halnya subuh hari-hari biasa bagi Mas Riza. Ia mandi sebelum waktu subuh, dan setelah azan, ia sholat qobliyah subuh di rumah, lantas berjalan kaki ke mushola dekat rumah untuk sholat subuh berjama'ah. Yang membedakannya adalah kali ini doanya lebih khusyuk ia panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Pemurah. Mengapa? ... Ternyata dhuha nanti ia akan diperkenalkan dengan seorang wanita, yang jika proses ta'aruf lancar, insya Allah, akan menjadi pendamping hidup yang telah lama dinantikannya dan tiada lelah ia memohonkepada-Nya.

Dhuha itu Mas Riza telah berada di sebuah Masjid. Hatinya pun berdebar-debar, meskipun sholat takhiyatul masjid dan sholat dhuha baru selesai ia tunaikan. Berdebar-debar dan semakin berdebar-debar.

Jantungnya seakan mau meledak, ketika seseorang menepuk punggungnya. Ternyata, Pak Ustadz Yusuf - orang yang akan mendampinginya dalam proses ta'aruf - telah berada di belakangnya. Beliau tersenyum kepada Mas Riza, seakan tahu bagaimana ketegangan yang Mas Riza rasakan.

Pak Ustadz membimbing Mas Riza berjalan menuju lantai dua masjid tersebut. Di sana telah menunggu seorang pria dan 3 orang wanita. Pak Ustadz Yusuf memperkenalkan mereka masing-masing kepada Mas Riza yaitu Ustadz Fatah dan istrinya serta dua murid wanita istrinya. Mas Riza pun memperkenalkan diri, namun karena ketegangan yang semakin menjadi, ia tidak sempat memperhatikan dengan seksama wajah-wajah mereka.

Mbak Sarah, begitu Pak Ust. Yusuf memperkenalkan wanita di depan Mas Riza sebagai wanita yang akan di-ta'aruf-inya. Mas Riza mencoba mengangkat wajahnya dan melihat wanita tersebut. Hatinya semakin gak karuan berdebar-debar begitu pula jantungnya. Doanya seakan telah dimakbulkan oleh Allah Yang Maha Pengasih. Mbak Sarah terlihat begitu cantik dan anggun dengan jilbab panjangnya yang berwarna putih biru muda.

Proses ta'aruf pun dimulai. Mas Riza mulai berkeringat. Namun niatnya yang kuat, mengalahkan semuanya.

Wawancarapun di mulai. Oleh murobi Mbak Sarah, Mas Riza mendapat begitu banyak pertanyaan tak ubahnya tes penerimaan pegawai, seperti riwayat hidup, riwayat orang tua, pekerjaan, pendidikan, kegiatan sosial atau organisasi, rumah, kendaraan, dan penghasilan. Mas Riza berusaha menjawab sejujur-jujurnya.

Tes kedua, Mas Riza disuguhi mushaf al-qur'an. Mas Riza diminta membacanya. Mas Rizapun melakukannya walau masih dengan kekurangan di sana-sini. Alhamdulillah, Mas Riza berujar dalam hatinya. Ia telah menyelesaikan dua tes.

Tinggal satu lagi. Begitu kata murobi Mbak Sarah. Beliau menanyakan kepada Mas Riza komitmennya terhadap kegiatan dakwah. Mas Riza berusaha menjawab sebisa mungkin sesuai apa yang ia pahami dan pelajari selama ini.

Percakapan itu menjadi semakin seru karena Mas Riza dan murobi Mbak Sarah, saling beradu argumen. Nampaknya mereka memiliki pandangan yang agak berbeda. Murobi Mbak Sarah meminta Mas Riza untuk bergabung (menjadi anggota) dalam sebuah harakah untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan dakwah. Sementara Mas Riza, ia merasa lebih sreg tidak menjadi anggota sebuah harakah, karena ia bisa dengan nyaman menuntut ilmu di harakah atau majelis mana saja, tanpa dibatasi firqoh-firqoh tertentu.

Tampaknya itu menjadi akhir dari proses ta'aruf. Dengan menyesal, murobi Mbak Sarah tidak bisa memberikan "rekomendasi persetujuan" dan Mbak Sarahpun dengan wajah sedih tidak bisa berbuat apa-apa karena Mbak Sarah sangat menghargai murobinya. Pak Ust. Yusuf pun hanya bisa melihat dan menepuk bahu Mas Riza memberikan semangat padanya.

Azan Dzuhurpun mulai dikumandangkan. Pertemuan itu pun berakhir dengan saling berpesan untuk tetap menjaga ukhwah sesama muslim terlepas apapun hasil ta'aruf itu.

Sholat Dzuhur telah ditunaikan. Mas Riza masih duduk bersimpuh memanjatkan doa. Ia bersyukur atas kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk berta'aruf itu. Ikhtiar telah dijalankan, namun semua hanya Allah yang menentukan. Mas Riza berjanji dalam doanya untuk tidak berputus asa dan terus berusaha.

Langit mulai mendung. Mas Riza masih berdiri di halte bus. Belum juga ia mendapatkan bus untuk pulang ke rumah. Selain busnya jarang, kalaupun ada, datang dalam keadaan penuh penumpang. Akhirnya bus yang ditunggu datang. Bus itu cukup padat, namun dengan bergelantungan bus itu bisa mengantar Mas Riza ketujuannya. Mas Riza berlari menghampiri bus tersebut. Namun tiba-tiba bus itu langsung berjalan meninggalkan Mas Riza di tepi jalan.......

Mas Rizapun balik untuk kembali ke halte, namun tiba-tiba datang bus lainnya. Mas Riza menoleh, ia melihat bus yang akan membawa ketujuannya dalam keadaan longgar. Sambil bersyukur kepada Allah dan membaca basmallah, ia pun naik bus tersebut dan duduk dengan tenang di dalamnya.

Selamat berjuang Mas Riza..!! Insya Allah bidadarimu menunggu di sana......