Senyum dan Sepatah Bahasa China Syeikh Sudais Islamkan Lima Orang

Kelembutan, kesantunan dan keramah-tamahan yang dengan tulus ditampilkan oleh seorang muslim adalah laksana udara pagi nan segar yang dihirup oleh manusia, hingga membuat hatinya menjadi damai, tentram dan tentu saja rasa cinta yang tulus untuk selalu membutuhkannya. Kisah di bawah ini kiranya dapat menjadi teladan bagi kita untuk menjadi muslim yang sejati dalam hidup bermasyarakat.

----------------------------------------------->

Syeikh Abdurrahman Al-Sudais, salah seorang imam Masjidil Haram Mekah, memiliki suara bacaan Al-Qur`an yang khas, sehingga hampir semua kaum Muslimin yang pernah menunaikan haji atau umrah akrab dengan suaranya.


Oleh karena itulah suara merdu bacaan Al-Qur`an secara tartil (bacaan tanpa lagu) itu menyebar ke seantero dunia lewat kaset dan cakram digital (Compact Disc/CD). Dan, suaranya pun sering terdengar di masjid-masjid mancanegara.

Selain suara khas yang kadang-kadang membuat mata tidak terasa meneteskan air tangis haru, sang Imam yang bergelar doktor (S3) itu terkenal ramah dan lemah lembut, serta cepat akrab dengan siapa saja.

Sikap cepat akrab dan lemah lembut dengan selalu menebar senyum itulah yang membuat banyak orang betah menemaninya, apalagi untuk mengobrol seputar masalah-masalah agama.

Dan, satu lagi kelebihan Imam Masjidil Haram itu adalah senang "mengoleksi" banyak bahasa, walaupun hanya sepatah kata, terutama bahasa gaul. Senyum lembut, yang dalam ajaran Islam bernilai sedekah itu ditambah dengan sepatah bahasa setempat itulah membuat beberapa orang yang tadinya tidak mengenal Islam sama sekali,menjadi tertarik.

Salah satu contohnya terjadi saat sang imam menginap selama dua malam di salah satu hotel di "diplomatic area" di kota Beijing belum lama ini. Syeikh Sudais dapat meng-Islamkan lima orang China dari karyawan hotel tersebut yang tertarik dengan sikap sang imam.

"Di tengah malam dua warga China datang di kamar hotel, dan ia menyatakan ingin memeluk Islam. Saya jelaskan lewat seorang penerjemah lulusan salah satu Universitas Islam di Saudi, agar kunci pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadah," katanya seperti dikutip harian Al-Riyadh, Saudi, Senin (11/6).

Tidak beberapa lama lagi, tiga orang lainnya datang ke ruangan Syeikh Sudais yang tidak pernah ditutupnya dari sejak masuk hotel hingga kembali ke negaranya. Ketiga orang warga negeri Tirai Bambu itu datang berniat yang sama.

Setelah acara pengucapan kalimah syahadah, Syeikh menanyakan lewat penerjemah sebab mereka tertarik masuk Islam. Mereka serempak menjawab "tertarik dengan sikap Syeikh yang selalu hangat dengan senyum lembut".

"Selain itu, rasa percaya penuh kepada kami karena pintu kamar Syeikh selalu dibuka hingga meninggalkan hotel. Dan, satu lagi, sapaan Syeikh dengan bahasa China yang didapatnya pada hari pertama tiba," ujar mereka.

Paling tidak, pengalaman Syeikh Sudais itu sebagai salah satu bukti bahwa Islam tersebar bukan karena aksi teror, namun lewat sikap bersahaya dan keakraban kaum Muslimin terhadap sesama tanpa membedakan agama, bangsa, ras dan golongan. [ant/www.hidayatullah.com]


Silahkan Lihat Komentar.
Serta Mohon Komentar disampaikan secara baik dan sopan. Terimakasih